SMPN 10 Tarakan - Saat ini Pembina UKS dan siswa sedang asik-asiknya
mencoba membuat kompos. Sebab salah satu cara menanggulangi sampah adalah
dengan membuat kompos. Dengan kompos kita akan mendukung tanaman secara
organik, selain itu tanaman kita akan lebih subur tentunya. ada banyak cara
membuat kompos, diantaranya cara-cara berikut ini.
Ada beberapa alternatif cara yang dipilih sesuai kondisi lokal.
Kompos jadi siap pakai Pada daerah yang banyak terdapat sampah kota dan desa
yang telah mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang cukup lama di alam
terbuka kita ambil contoh di SMP Negeri 10 Tarakan dengan banyaknya pohon
otomatis dedaunan banyak berguguran dan biasa berubah menjadi tumpukan sampah,
namun demikian pihak sekolah sudah menanggulangi dengan pembuatan kompos, dapat
diterapkan cara ini, sebagai berikut:
- - Gali tumpukan sampah
(garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
- - Pisahkan dari bahan-bahan
yang tidak dapat lapuk
- - Jemur sampai kering,
lalu ayak
- - Bubuhkan 50 – 100 gram
belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.
Bahan :
- - 2 1 /4 hingga 4 m3
sampah lapuk (garbage)
- - 6,5 m3 kulit buah kopi
- - 750 kg kotoran ternak
memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
- - 30 kg abu dapur atau abu
kayu
Cara Membuat :
1). Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan
melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan
yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan. Atau buatlah bak pengomposan
dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m(panjang x lebar x tinggi). Tapi
hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
2). Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam
bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob
dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi
dengan abu.
3). Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan
balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan
meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 – 5 hari, lalu segera menurun lagi.
4). Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke
permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat
proses pengomposan.
5). 2 – 3 minggu kemudian, balikbalik bahan kompos setiap minggu.
Setelah 2 – 3 bulan kompos sudah cukup matang.
6). Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kirakira
50 60 % saja. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II
dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti
Iamtoro atau lainnya
Kompos Sistem Bogor
Bahan :
-
Sampah mudah lapuk
(garbage)
-
Jerami yang sudah
bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
-
Kotoran ternak memamah
biak
-
Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat :
1). Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas
bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
2). Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas
timbunan tadi tipistipis dan merata.
3). Timbun lagi campuran jerami dan sampahsampah setinggi 25 cm.
4). Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
5). Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
6). Balikbalik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari,
30 hari dan 60 hari.
7). Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan
sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses
pengomposan.
Cara Membuat Kompos
Metode Karung
Berikut ini adalah cara pengomposan, dengan menggunakan karung
sebagai wadahnya :
Langkah 1:
Potong/cacah dengan ukuran 2 s/d 3 cm sampah organik yang akan
dibuat kompos.
Langkah 2:
Campur sampah coklat dan sampah hijau dengan perbandingan 1:2.
Jika terlalu banyak sampah coklat, pengomposan akan memakan waktu lama.
Langkah 3:
Ratakan sampah yang akan dibuat kompos sebelum dicampur dengan
MOL.
Langkah 4:
Sirami permukaan sampah secara merata dengan MOL.
Langkah 5:
Aduk agar MOL tercampur merata. Siram kembali dengan MOL sampai
sampah terlihat basah kemudian aduk kembali.
Langkah 6:
Masukkan sampah ke dalam karung, setelah dianginanginkan
sebentar. Kemudian karung diikat agar tidak diacakacak kucing, anjing, atau
ayam.
Langkah 7:
Karung ditusuktusuk dengan obeng atau alat lainnya secara merata
agar oksigen (udara segar) bisa masuk.
Langkah 8:
Simpan di tempat yang tidak kehujanan dan tidak terkena sinar
matahari langsung.
Langkah 9:
Seminggu sekali Langkah 3 s/d 8 diulang kembali. Dalam waktu enam
minggu kompos sudah jadi dan siap digunakan.
Catatan:
Minggu ke1 dan ke2 mikroba mulai bekerja, suhu mencapai 4565C.
Karung terasa hangat bila dipegang.
Minggu ke3 dan ke4 suhu mulai menurun menjadi sekitar 40C.
Minggu ke5 dan ke6 suhu kembali normal seperti suhu tanah,
kompos sudah jadi/matang.
Kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitamhitaman dan baunya
seperti tanah. Kompos bisa disimpan di dalam karung sebelum digunakan.
Hal-hal lain yang perlu diketahui:
Pertama, yang perlu diketahui adalah bahan baku utama membuat
kompos, yaitu sampah itu sendiri. Ada dua jenis sampah yaitu organik dan
anorganik. Kita harus memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Yang termasuk
sampah organik dan bisa dijadikan bahan kompos adalah sampah coklat (daun
kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, jerami, kulit
jagung, kertas yang tidak mengkilat, tangkai sayuran) dan sampah hijau
(sayuran, buahbuahan, potongan rumput segar, daun segar, sampah dapur, ampas
teh/kopi, kulit telur, pupuk kandang). Sedangkan yang masuk kelompok sampah
anorganik adalah plastik, stereoform, kertas (mengkilat), logam, dan kaca.
Selain itu ada bahan-bahan yang sebaiknya tidak dibuat kompos
yaitu:
Daging, ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak/minyak, ampas
kelapa, sisa sayuran yang bersantan (menyebabkan munculnya belatung). Kotoran
anjing & kucing (kemungkinan membawa penyakit). Tanaman yang berhama (hama
dan bijinya masih terkandung dalam kompos jadi). Ranting, dahan, dan batang
kayu yang tidak mudah hancur dalam kompos (mengundang rayap).
Kedua, starter yang digunakan untuk mengurai sampah menjadi
kompos. Di toko pertanian sebenarnya dijual starter siap pakai seperti EM4
(effective microorganism 4), tapi barangkali anda akan lebih puas jika bisa
membuat sendiri. Selain itu, hemat. Starter yang dijual di toko harganya
berkisar Rp.15.000. Mungkin lebih, mungkin bisa kurang. Anda cek saja sendiri
deh. Yang pasti, anda tidak akan keluar uang sepeserpun bila membuatnya
sendiri. Starter buatan sendiri ini biasa disebut dengan MOL (mikro organisme
lokal). Bahan yang digunakan untuk membuatnya bisa bermacammacam, tergantung
selera. Namun, di sini kami akan menjelaskan cara membuat MOL yang bahannya
mudah didapat. Di rumah ada nasi kan? Kita biasa membuat MOL dari nasi, yang
baru maupun basi.
Langkah-langkah membuat
MOL yang merupakan starter dalam pengomposan:
1. Nasi (baru maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola pingpong
sebanyak 4 buah.
2. Diamkan selama tiga hari sampai keluar jamur yang berwarna
kuning, jingga, dan abu-abu.
3. Bola nasi jamuran kemudian dimasukkan ke dalam botol/wadah
plastik.
4 Tuang air satu gayung yang sudah dicampur gula sebanyak empat
sendok makan ke dalam botol/wadah yang berisi nasi jamuran.
5, Diamkan selama satu minggu. Campuran nasi dan air gula tersebut
akan berbau asem seperti tape/peuyeum.
MOL sudah bisa digunakan sebagai starter untuk membuat kompos
dengan dicampur air. Perbandingan MOL dengan air sebesar 1:5.
Ketiga, wadah untuk memproses sampah menjadi kompos. Wadah ini
biasa disebut dengan komposter. Macam-macam jenisnya, ada yang terbuat dari
batako, gentong plastik, ada yang namanya keranjang takakura, bahkan bila mau
bisa beli jadi yang harganya sampai ratusan ribu. Tapi sekali lagi, anda
mungkin akan balik kanan bila mau bikin kompos saja kok repot amat. Apalagi
selain repot, mahal lagi. Mending dibuang ke kali deh, beres urusannya. Nggak
usahlah ikut-ikutan birokrat hitam yang berprinsip “bila bisa dipersulit kenapa
harus dipermudah.” Kita balik saja prinsip itu menjadi “bila dapat dipermudah
kenapa mesti dibikin susah.” Kita gunakan karung sebagai tempat membuat kompos.
Gampang kan? Di rumah atau di sekolah pasti anda punya karung. Jika tidak ada, minta tolong
saja emak anda untuk beli beras yang 20 kiloan atau bendaharanya hehehe. Berasnya dimasak jadi nasi
kemudian dimakan, sebagian dibikin MOL, karungnya buat komposter.
Keempat, Sampah coklat kaya kandungan karbon (C) yang merupakan
sumber energi makanan untuk mikroba. Sampah hijau mengandung nitrogen (N) yang
diperlukan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak. Sampah organik secara
alami akan mengalami penguraian oleh ratusan jenis mikroba, enzim, jamur, dan
binatang tanah. Proses penguraian memerlukan suhu tertentu, kelembaban, dan
oksigen (udara segar).
Manfaat dari membuat KOMPOS :
1. Mengurangi Volume Sampah yang dibuang di TPA
Karena sampah dikomposkan di tempat di mana kompos tersebut
diambil, maka dengan sendirinya volume sampah yang diangkut ke TPA akan
berkurang. Kami sendiri belum pernah punya kesempatan untuk menghitung berapa
volume sampah organik yang disapu oleh petugas kebersihan sekolah setiap pagi dan sore. Tapi yang jelas
jumlahnya cukup besar.
2. Menghemat Sumber Daya
Berkurangnya volume sampah yang diangkut ke TPA juga mengakibatkan
implikasi lain. Misalnya: berkurangnya armada angkutan yang dibutuhkan,
berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan, menghemat bahan bakar. Semua ini
akan menghemat biaya yang diperlukan untuk pengelolaan sampah. Namun kami belum
punya kesempatan untuk menghitungnya. (kami berharap suatu saat nanti punya
kesempatan untuk menghitungnya.)
3. Peningkatan Nilai Tambah Sampah
Sampah indentik dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai,
kotor, kumuh, dan bau. Memang stigma ini tidak sepenuhnya salah. Namun, dengan
membuat sampah organik menjadi kompos akan memberikan nilai tambah bagi sampah.
Kompos memiliki nilai dan tidak berbau. Cobalah anda datang ke penjual bunga
yang banyak ditemui di pinggir-pingir jalan protokol dan tanya berapa harga
sekantong kompos. Itulah nilai kompos. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah
siapa yang mau membeli kompos dari sampah tersebut?
4. Menyuburkan Tanah dan Tanaman
Untuk point ini tidak ada yang meragukan manfaat tanah bagi tanah
maupun tanaman.
5. Manfaat untuk Lingkungan
Banyak orang yang menuding bahwa salah satu penyebab kerusakan
lingkungan adalah karena penanganan sampah yang kurang baik. Mengolah sampah
menjadi kompos diharapkan akan membantu menyelamatkan lingkungan.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar